Berawal dari sahabatku Arman yang bercerita tentang seorang tukang
pijat yang hebat dan bisa dipanggil ke rumah, aku jadi tertarik. Apalagi
ketika ia berbicara tentang kemampuan tukang pijat itu meningkatkan
gairah dan kemampuan seks wanita dengan pijatan supernya. Arman
bercerita dengan cukup detail bagaimana tukang pijat itu yang katanya
bernama Pak Daru, kakek usia kepala tujuh melakukan pijatan super pada
istrinya. Hasilnya sungguh luar biasa. Aku jadi ingin mencobanya..
“Tapi loe harus inget, waktu dipijat sama Pak Daru istri loe harus bugil total. Mau nggak dia?” Arman bertanya padaku.
“Hah? Dipijat bugil? Nanti istri gue diapa-apain ama dia?
“Ya enggak laah.. Loe juga ada disitu koq. Lagian Pak Daru itu udah tua banget. Udah gitu dia juga pemijat profesional. Gue jamin ngga masalah. Tapi istri loe harus setuju dulu.”
“Nanti gue coba tanya dia deh..”
“Pokoknya sip banget deh!”
“Hah? Dipijat bugil? Nanti istri gue diapa-apain ama dia?
“Ya enggak laah.. Loe juga ada disitu koq. Lagian Pak Daru itu udah tua banget. Udah gitu dia juga pemijat profesional. Gue jamin ngga masalah. Tapi istri loe harus setuju dulu.”
“Nanti gue coba tanya dia deh..”
“Pokoknya sip banget deh!”
Malamnya
aku bicarakan hal itu dengan Vie istriku. Aku ceritakan apa yang
kudengar dari Arman sambil memeluk tubuh mungilnya. Mulanya dia tertarik
tetapi ketika mendengar bahwa ia harus telanjang bulat mukanya langsung
merah padam.
“Malu ah.. telanjang di depan orang lain” protesnya.
“Tukang pijatnya udah tua. Lagipula menurut Arman istrinya bilang dipijatnya enak dan tangannya sama sekali tidak menyentuh atau meraba memek koq”
“Ih..” muka Vie semakin merah.
“Kenapa khusus cewek?”
“Nggak tau juga. Tapi coba dulu deh. Siapa tahu nanti ketagihan.”
“Tukang pijatnya udah tua. Lagipula menurut Arman istrinya bilang dipijatnya enak dan tangannya sama sekali tidak menyentuh atau meraba memek koq”
“Ih..” muka Vie semakin merah.
“Kenapa khusus cewek?”
“Nggak tau juga. Tapi coba dulu deh. Siapa tahu nanti ketagihan.”
Vie
mencubit perutku, tapi akhirnya mau juga dia mencoba. Besoknya
kuhubungi Arman untuk menanyakan cara menghubungi Pak Daru. Setelah itu
kucoba menghubungi Pak Daru dari nomor HP yang kudapat dari Arman.
Singkatnya Pak Daru akan datang ke rumahku esok malamnya dengan
perlengkapannya. Setelah itu kuberitahu Vie. Esok malamnya sesuai janji
Pak Daru tiba di rumahku. Perawakannya kurus hitam dan kelihatannya
memang sudah tua sekali. Apa bisa dia melakukan pijat? Aku
terheran-heran sendiri sementara Vie hanya melirikku dengan pandangan
ragu. Kami menuju ke ruang tamu dalam dan aku menyingkirkan meja tamu
untuk mendapatkan tempat yang luas. Aku sudah memastikan kalau pembantu
kami Darsih sudah masuk ke kamarnya. Sejenak basa-basi, Pak Daru
langsung “To the point” menghamparkan selimut tebal di lantai.
“Silakan Ibu berbaring tengkurap di atas sini” katanya sambil menunjuk selimut sebagai alas.
“Maaf, tapi saya minta Ibu melepas pakaian” sambungnya lagi.
“Maaf, tapi saya minta Ibu melepas pakaian” sambungnya lagi.
Wajah
Vie merona merah. Dia kelihatan nervous karena itu aku membantunya
melepas dasternya sehingga hanya tinggal mengenakan bra dan celana
dalam.
“Untuk sementara begitu saja. Silahkan, Bu” Pak Daru memotong.
Vie
berbaring tengkurap diatas selimut. Pak Daru mengeluarkan dua botol
kecil obat yang menurutnya adalah obat ramuan rahasia turun temurun.
Kemudian ia membuka yang bertutup hijau dan menggosokkan minyak tersebut
pada kedua telapak tangannya. Ia mulai memijat bagian belakang hingga
samping kepala Vie dengan perlahan. Aku duduk menyaksikan. Entah kenapa
saat itu aku mulai terangsang membayangkan nantinya tubuh istriku akan
dijamah oleh kakek tua ini. Tentu saja di bawah sana penisku menegang.
Pijatan
di kepala beralih ke tengkuk Vie yang mulus dan dipenuhi rambut halus.
Nampaknya Vie merasa enak dengan pijatan Pak Daru di kepala dan
tengkuknya. Ternyata kakek tua ini hebat pijatannya. Dari tengkuk
diteruskan ke bahu Vie yang terbuka dan dilanjutkan ke lengan sampai
telapak tangan. Setelah itu Pak Daru meminta agar istriku melepas tali
bra di punggungnya. Vie melepas kaitan branya sehingga bra tersebut
sudah tidak menutupi tubuh Vie dan hanya tergeletak diantara selimut dan
kedua susunya yang tergencet sehingga menyembul ke samping. Pak Daru
mengolesi punggung Vie dengan minyak dari botol pertama dan mulai
mengurut serta memijat punggung. Vie tampak menikmati pijatan ini.
“Maaf Bu, tapi selanjutnya celana dalam harus dilepas. Bagaimana kalau suami Ibu yang melepasnya?” Pak Daru tiba-tiba berkata.
Wajah
Vie memerah lagi. Aku mengikuti permintaan Pak Daru melepas celana
dalam Vie tanpa mengubah posisinya yang tengkurap. Pantat Vie yang indah
dan celah vaginanya terlihat jelas membuat penisku semakin tegang. Pak
Daru melumuri dua bongkahan pantat Vie dengan minyak dan segera memijat
dengan perlahan. Kali ini Vie mengeluarkan suara tertahan. Jelas Vie
mulai terangsang birahinya dengan pijatan Pak Daru. Apalagi ketika Pak
Daru memijat pangkal paha bagian dalam, tarikan nafas Vie berubah
menjadi lebih berat dan matanya terpejam. Pak Daru tetap memijat seperti
tidak terjadi apa-apa. Kakek tua itu memijat pantat, paha dan kemudian
betis hingga akhirnya melakukan pijat di telapak kaki.
“Ini adalah salah satu tahap penting dalam pijatan ini” Pak Daru menjelaskan.
“Terdapat titik-titik penting di telapak kaki untuk meningkatkan gairah” lanjutnya.
“Terdapat titik-titik penting di telapak kaki untuk meningkatkan gairah” lanjutnya.
Kemudian
ia mengambil botol minyak kedua bertutup merah yang dari tadi belum
pernah dipakainya. Digunakannya untuk memijat telapak kaki Vie. Kali ini
pijatannya sangat intensif dan memakan waktu cukup lama. Terkadang Vie
merintih, mungkin pijatan si kakek cukup kuat.
“Maaf Bu, untuk
tahap berikutnya saya akan memijat di daerah bagian depan tubuh.
Sebaiknya Ibu duduk bersila membelakangi saya dan menghadap ke arah Pak
Saldy agar saya tidak melihat tubuh bagian depan Ibu.” kata Pak Daru
setelah selesai memijat kaki istriku.
Kali ini kelihatannya Vie
sudah mulai terbiasa dan kemudian ia mengambil posisi duduk bersila
membelakangi Pak Daru. Tubuh indah Vie yang telanjang bulat berhadapan
denganku. Pak Daru kembali menggosokkan minyak kedua pada telapak
tangannya. Pak Daru terlebih dahulu meminta persetujuan aku dan Vie.
“Saya minta izin kepada Pak Saldy dan Ibu Vie untuk melakukan pijatan di tubuh bagian depan Ibu Vie..”
“Silakan, Pak Daru” jawabku
“Silakan..” jawab Vie.
“Silakan, Pak Daru” jawabku
“Silakan..” jawab Vie.
Langkah
pertama Pak Daru adalah melumuri bagian sekitar vagina Vie dengan
minyak dari botol bertutup merah dan mulai melakukan pijatan di daerah
itu dari belakang. Walaupun tidak menyentuh vagina, tetapi tangannya
memijat mencakup pangkal paha, pinggul depan, termasuk daerah yang
ditumbuhi bulu kemaluan. Mulut Vie sedikit terbuka. Aku tahu Vie
merasakan nikmat disamping rasa malu. Pijatan Pak Daru pasti membuat
birahinya naik ke ubun-ubun. Beberapa kali tangannya terlihat seakan
hendak menyusup ke dalam celah vagina Vie yang membuat Vie menahan nafas
tetapi kemudian beralih. Bulu kemaluan Vie dibasahi oleh minyak pijat
Pak Daru sementara Vaginanya basah oleh cairan nafsunya.
Pak
Daru melanjutkan pijatannya ke bagian perut Vie, dan memijat perut
terutama bagian pusar sehingga membuat Vie kegelian. Hanya sebentar
saja, setelah itu Pak Daru meminta Vie mengangkat tangannya.
“Maaf Bu, tapi ini adalah tahap terakhir dan saya harus memijat di bagian ketiak dan payudara. Coba angkat kedua tangan Ibu.”
Vie
mengangkat tangan dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala. Pak
Daru memulai pijatannya di daerah ketiak dari belakang.
“Ihh.. geli pak..” Vie menggelinjang.
“Ditahan Bu. ”
“Ditahan Bu. ”
Pak
Daru mengabaikan Vie yang sedikit menggeliat menahan geli dan
melanjutkan pijatannya di ketiak Vie. Setelah itu Pak Daru mengambil
minyaknya lagi dan dituangkan ke telapak tangannya. Selanjutnya dari
belakang tangannya meraup kedua gunung susu milik Vie yang langsung
membuat Vie mendesah. Pak Daru melakukan massage lembut pada susu Vie
yang sudah tegang. Terkadang kakek itu melakukan gerakan mengusap.
Jari-jari terampil yang memijat pada kedua susunya membuat Vie sangat
terangsang dan lupa diri, mengeluarkan suara erangan nikmat.
Aku
melotot melihat pemandangan luar biasa itu. Payudara istriku yang
berusia 27 tahun, mulus, kenyal, dan berlumur minyak sedang dicengkeram
dan diusap oleh tangan kasar hitam seorang kakek berusai 70-an,
membuatku sangat bernafsu. Berbeda dengan Pak Daru yang sama sekali
tidak bereaksi apa-apa, Vie merintih dan mendesah. Posisinya sudah
berubah tidak lagi duduk bersila, tetapi duduk mengangkang
memperlihatkan vaginanya yang sudah becek kepadaku sambil tangannya
mencengkeram rambut.
“Ukhh..” kali ini Vie mendesah keras. Aku
sangat terangsang mendengarnya. Ingin sekali aku menggantikan Pak Daru
memijat susu Vie.
Pak Daru menarik puting susu Vie dengan
telunjuk dan jempolnya dengan perlahan sehingga membuat Vie mengeluarkan
suara seperti tercekik. Sampai akhirnya Vie merintih pelan, panjang.
Vaginanya banjir. Hebat sekali pijatan si kakek ini.
“Saya rasa
sudah cukup. Silakan Ibu mengenakan pakaian. Sementara itu ada yang
ingin saya bicarakan dengan Pak Saldy” Pak Daru menyudahi aksinya.
“Ya Pak?”
“Ya Pak?”
Pak Daru menyerahkan sebuah botol kecil berisi carian kepadaku.
“Apa ini, Pak Daru?”
“Pijatan saya itu membuat gairah seorang wanita meledak-ledak tetapi orgasmenya akan menjadi lebih cepat. Selain itu ini adalah ramuan untuk membuat susu wanita tetap kencang dan padat. Usapkan dengan gerakan memeras. Saya yakin Pak Saldy bisa.” bisiknya sambil tersenyum.
“Pijatan saya itu membuat gairah seorang wanita meledak-ledak tetapi orgasmenya akan menjadi lebih cepat. Selain itu ini adalah ramuan untuk membuat susu wanita tetap kencang dan padat. Usapkan dengan gerakan memeras. Saya yakin Pak Saldy bisa.” bisiknya sambil tersenyum.
Setelah itu aku membayar Pak Daru dan ia pamit pulang. Vie sudah mengenakan pakaiannya lagi.
“Eh.. buka lagi bajunya. Aku mau coba hasil pijatan Pak Daru.” kataku.
Vie
tidak menjawab, tetapi dari sinar matanya aku tahu saat ini dia sedang
dalam gairah yang tinggi. Mukanya merah dan nafasnya memburu. Aku segera
meraihnya dan mencium bibirnya. Ciuman yang ganas karena aku sendiri
sejak tadi menahan nafsuku melihat tubuh Vie yang sedang dipijat. Vie
membalas tak kalah bernafsu sambil melucuti pakaiannya sendiri dan
langsung melucuti pakaianku sehingga kami berdua telanjang bulat di
ruang tamu.
“Senggamai aku.. aku ingin segera ****** kamu masuk
ke sini” Vie meracau sambil menunjuk vaginanya yang sudah basah kuyup
sejak tadi.
“Beres sayang.. ”
“Beres sayang.. ”
Aku segera memutar tubuhnya
menghadap dinding dan mencoba menyetubuhinya dari belakang. Vie segera
mengambil posisi tangan bertumpu pada dinding. Dengan perlahan-lahan
penisku menerobos vaginanya yang sempit dan licin. Adalah proses yang
sangat nikmat luar biasa saat penis memasuki vagina. Aku pejamkan mataku
merasakan sensasinya sementara Vie merintih nikmat. Sampai akhirnya
seluruh penisku masuk de dalam vaginanya yang panas berlendir dan
nikmat.
“Aahh..” Vie menghela nafas, tubuhnya bergetar.
Nikmat
sekali. Vaginanya yang panas itu mencengkeram penisku dengan kuat.
Jepitannya lebih hebat dari biasanya. Sementara dengan sudut mataku aku
melihat kalau ternyata pembantu kami, Darsih, sedang mengintip dari
balik dinding ruang tamu. Aku bisikkan ke telinga Vie tentang hal itu.
“Masa bodoh. Biar dia nonton kamu entotin aku.” Vie balas berbisik.
“Okee..”
“Okee..”
Aku
gunakan kakiku untuk mengambil bajuku dan mengeluarkan botol pemberian
Pak Daru dengan tanganku tanpa melepas penisku yang sudah menancap. Lalu
aku tuangkan pada tanganku.
“Apa itu..?” tanya Vie heran.
“Ini minyak dari Pak Daru, bagus buat payudara kamu”
“Ya udah.. cepetan! Terserah kamu mau ngapain. Yang penting garap aku sampai kamu puas.”
“Ini minyak dari Pak Daru, bagus buat payudara kamu”
“Ya udah.. cepetan! Terserah kamu mau ngapain. Yang penting garap aku sampai kamu puas.”
Aku
segera mengusapkan tanganku yang berlumur minyak itu pada kedua susunya
yang bergelantungan bebas. Lalu aku mulai mengocok vaginanya dengan
lembut. Vie menghelas nafas dengan keras. Akh.. nikmat sekali rasanya
sambil meremas daging kenyalnya. Tangan kanan di susu kanan, tangan kiri
di susu kiri. Seiring kupercepat sodokanku, kumainkan puting susunya
dan sesekali kuremas miliknya itu dengan lebih kuat. Rasanya menjadi
lebih dahsyat terutama karena kami mengetahui bahwa kami bersanggama
sambil ditonton Darsih secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia mengintip
sambil onani, aku tidak perduli.
“Mhh.. terus.. aah.. ” Vie
merintih terengah-engah. Seiring gerakan keluar masuk penisku di
vaginanya semakin intens, Vie menggeliat.
Aku lepaskan tanganku
dari payudaranya, membiarkan kedua daging menggairahkan itu
bergelantung bergoyang-goyang mengikuti sodokan penisku. Tanganku
berganti menggosok-gosok vaginanya yang berlepotan cairan nafsunya.
sesekali kugesek klitorisnya sehingga Vie menjerit keenakan. Tiba-tiba
tubuh Vie menyentak dan vaginanya terasa menyempit membuat penisku
seperti diperas oleh dinding kenikmatannya. Lalu Vie melepaskan
orgasmenya disertai erangan panjang dan kemudian ia terkulai. Benar kata
Pak Daru, Vie orgasme cepat sekali. Aku terus menyodok vaginanya
mengabaikan tubuhnya yang lemas. Tak lama Vie bangkit kembali nafsunya
dan mulai merintih-rintih.
“Saldy sayaang.. aku.. ingin kamu.. entotin aku dengan kasaar..” Vie meracau membuat aku tercengang.
“Nanti kamu kesakitan..” jawabku cepat disela kenikmatan.
“Biaar.. masa bodoh.. aku sukaa.. aa.. ahh”
“As you wish.. Istriku yang cantiik..”
“Nanti kamu kesakitan..” jawabku cepat disela kenikmatan.
“Biaar.. masa bodoh.. aku sukaa.. aa.. ahh”
“As you wish.. Istriku yang cantiik..”
Aku
keluarkan sebagian besar penisku dari vaginanya, kemudian dengan satu
hentakan cepat dan kasar aku sodok ke dalam. Penisku terasa ngilu dan
nikmat.
“Eaahh..” Vie menjerit keras.
“Aah..iya..ah.. begiituu..”
“Aah..iya..ah.. begiituu..”
Aku
lakukan gerakan tadi berulang diiringi jeritan-jeritan Vie. Berisik
sekali.. mungkin tetangga mengira aku sedang menyiksa Vie. Entah apa
yang ada di pikiran Darsih yang sedang mengintip.
“Teruuss.. sayaang.. remas susuku ini.. dengan kuat.. akh! Aku.. ingin merasakan.. tenagamu.. uuhh..”
Aku
meraih susunya yang sejak tadi hanya berayun-ayun, kemudian sesuai
keinginannya aku remas dengan kuat sambil terus menyodok vaginanya
dengan kasar. Lagi-lagi Vie menjerit keras. Aku yakin ia kesakitan tapi
bercampur nikmat.
“Lebih kuaatt.. lebih kuat dari itu..” Vie setengah berteriak.
“Jangan ngaco.. sayang..”
“Ngga apa ap.. aa.. aah..!”
“Jangan ngaco.. sayang..”
“Ngga apa ap.. aa.. aah..!”
Vie
kembali orgasme. Sudah kepalang tanggung, aku ingin mencapai puncak
secepatnya. Kukocok dengan cepat vagina Vie sampai pinggangku pegal. Vie
mendesah lemah.
“Keluarin.. yang banyak di dalam..” katanya pelan.
“Aku.. sedang subur.. biar jadi anak..”
“Aku.. sedang subur.. biar jadi anak..”
Tak
lama aku merasakan denyutan di penisku yang menandakan aku sudah
mendekati puncak. Dan akhirnya penisku menyemprotkan sperma yang sangat
banyak dan berkali-kali ke dalam rahim Vie. Kami berdua jatuh berlutut
di lantai sementara penisku masih bersarang di vaginanya.
“Anget..” Vie menggumam.
“Apanya?” tanyaku terengah-engah.
“Sperma kamu, di rahimku..”
“Emang biasanya dingin ya?”
“Yang sekarang lebih..”
“Apanya?” tanyaku terengah-engah.
“Sperma kamu, di rahimku..”
“Emang biasanya dingin ya?”
“Yang sekarang lebih..”
Aku
mengusap rambutnya, dan memeluknya dengan sayang. Sementara itu Darsih
sudah menghilang. Puas sudah dia melihat “Live show” kami. Setelah itu
kami berdua membersihkan tubuh kami, terutama Vie yang tubuhnya penuh
minyak. Tetapi setelah selesai mandi Vie kembali ganas dan “Memperkosa”
aku. Gila! Aku benar-benar KO malam itu.. kalah telak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar